Pendidikan anak merupakan tanggungjawab keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan keilmuan tentang parenting, TKII Al Abidin bekerjasama dengan POMG (Persatuan Orangtua Murid dan Guru) menggulirkan program parenting class yang wajib diikuti oleh orang tua/wali murid TKII Al Abidin yang rencananya akan dilaksanakan secara rutin  dua bulan sekali.

Sebagai bentuk realisasi program tersebut, pada Sabtu 10 November 2012 kami melaksanakan kegiatan Parenting Class untuk pertama kalinya. Parenting Class perdana di tahun pelajaran 2012/2013 ini memang berbeda, kalau biasanya pemateri adalah seorang ibu maka pada kesempatan ini kami hadirkan sosok ayah dengan lima putra dengan aktivitas yang luar biasa, beliau seorang trainer & terapis professional hypnosis, Didik Hermawan, S. Pd, CHT, MCH. Materi yang kami angkat pada kesempatan ini adalah Spiritual Hypnoparenting. Belum mendapatkan materi dari beliau, kami sudah mendapatkan satu inspirasi, hanya ayah-ayah luar biasalah yang mau “merepotkan diri” dengan lika-liku pendidikan anak. Ayo para ayah jangan mau kalah dengan beliau, meskipun sibuk mencari maisyah (nafkah) dan sibuk di berbagai aktivitas kemasyarakatan, luangkanlah waktu untuk belajar tentang parenting dan meskipun hanya sebentar alokasikanlah waktu untuk bersama putra-putri kita setiap harinya. Alhamdulillah, dikelas parenting perdana ini ternyata ada lho ayah-ayah luar biasa itu, ada 5 ayah yang hadir. Luar biasa.

Sebagai awalan pak didik menyampaikan bahwa kita sebagai orang tua justru lebih sering terhipnosis oleh anak-anak kita, contoh paling mudah adalah pada saat anak kita menginginkan sesuatu, kita sebagai orang tua pada awalnya tidak menuruti karena alasan tertentu namun karena anak kita merajuk kemudian menangis bahkan mungkin sampai membanting barang-barang disekitarnya akhirnya kita pun menuruti apa kemauanya, ironi, karena seharusnya kita yang menghipnosis anak-anak kita sehingga apa yang kita inginkan pada dirinya terpenuhi bukan sebaliknya (baru awal saja sudah memberikan satu evaluasi untuk kita semua, ternyata masih banyak diantara kita yang belum tepat dalam mendidik putra-putri kita).

Selanjutnya beliau menyampaikan tentang bagaimana karakter anak terbentuk. Karakter terbentuk berawal dari penyerapan seseorang terhadap lingkungannya. Apapun karakter atau perilaku anak kita saat ini, itu merupakan hasil dari proses internalisasi pengamatan dan pengalaman dia ketika berinteraksi dengan lingkungan. Sebuah peristiwa itu dapat menjadi faktor pembentuk karakter anak ketika memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

Emosional

Sebuah peristiwa emosional akan sangat membekas pada diri anak dan akan dieksekusi menjadi tindakan dia. Contoh saat anak bermain kecoak kemudian dengan serta merta kita merebutnya dan berkata “ihh…nak…jangan main kecoa kan jijik!” maka pada saat itu anak mulai belajar dari kita bahwa kecoa itu jijik

Berulang-ulang

Setiap peristiwa yang berulang-ulang akan menjadi program perilaku. Setiap kali anak kita bermain kecoak, setiap itu juga kita membuangnya dan mengatakan hal yang sama dengan ekspresi sama maka anak kita akan tumbuh menjadi anak yang takut dengan kecoa

Menimbulkan Ide

Ketika kita berkata “ihh…nak…jangan main kecoa kan jijik!” maka muncullah ide dalam pikiran anak bahwa kecoa jijik dan harus dijauhi padahal sebelumnya anak belum mengenal ide bahwa kecoa itu jijik

Dilakukan atau disampaikan oleh orang yang memiliki otoritas

Anak adalah seorang peniru yang professional, apapun yang kita atau orang lain disekitarnya lakukan atau katakana, itulah yang anak kita lakukan, karena anak belum mengenal salah dan benar yang anak anak tahu adalah nyaman dan tidak nyaman. Maka apapun yang kita lakukan dihadapan anak-anak kita itulah yang akan menjadi perilakunya.

Demikian beberapa hal yang beliau sampaikan pada kesempatan Parenting Class perdana kemarin, sebenarnya ada banyak hal yang beliau  sampaikan tapi tidak memungkinkan kalau kami tuliskan semuanya disini. Beberapa ibroh (pelajaran) yang dapat kami ambil dari materi yang beliau sampaikan antara lain :

Mari latih anak-anak kita untuk cerdas financial dengan cara kita tidak memberikan hadiah secara cuma-cuma kepadanya
Luangkan waktu untuk bicara, bermain dan bersamanya setiap hari meskipun hanya sebentar
Hargailah anak-anak kita karena penghargaan membuat seseorang mampu melampaui batas kemampuannya

Akhirnya Parenting class perdana kemarin ditutup dengan session diskusi, yang ternyata juga tidak kalah “panas” dengan materi yang beliau sampaikan. Sebagai renungan bersama, mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan ini :

Hal terbaik apakah yang bisa kita lakukan kepada anak kita setelah ini?
Apa yang menyebabkan kita ingin melakukan itu?
Yakinkah kita bisa melakukan itu? Apa yang membuat kita yakin?
Apa yang kita rasakan bila bisa melakukan itu?

Semoga bermanfaat 🙂